www.dialektikanews.id || Jambi,– Diah Lestari, seorang mahasiswi semester 4 dengan Program Studi Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin (UIN STS) Jambi, kini menjadi sosok yang semakin dikenal karena berbagai prestasinya luar biasa. Lahir di Sarolangun, 27 Juli 2003, Diah merupakan anak pertama dari empat bersaudara dengan latar belakang keluarga sederhana.
Pernah menempuh pendidikan di Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sarolangun selama 3 tahun, tempat ia pertama kali mengenal dan bergabung dengan IPPNU. Memulai peran sebagai Sekretaris Pimpinan Komisariat (PK) pada tahun 2022-2023
Seiring perjalanan akademik saya juga aktif di IPPNU dan kini menjabat sebagai Sekretaris Pimpinan Cabang (PC) IPPNU Kota Jambi 2024-2026.
Telah menempuh berbagai jenjang pengkaderan salah satunya Latihan Kader yang diadakan di lampung. Karena keaktifan saya dalam berbagai kegiatan kampus, banyak mahasiswa yang semakin mengenal IPPNU melalui saya sebagai salah satu kader yang aktif ujar Sekretaris IPPNU kota Jambi itu.
Setelah aktif diberbagai kegiatan IPPNU dia juga cukup menginspirasi dengan mendapatkan dua gelar Duta: Duta Green dan Duta Gender UIN STS Jambi 2024
Kegigihan dan dedikasi Diah membuahkan hasil ketika pada tahun 2024 ia berhasil menyabet dua gelar duta sekaligus, yakni Duta Green dan Duta Gender UIN STS Jambi. Hal ini tidak diragukan lagi, menunjukkan komitmennya untuk meningkatkan kesadaran lingkungan dan memberdayakan perempuan di kampus. Tentu saja, sebagai seorang duta ia tidak hanya ingin menginspirasi, tapi juga menyebarkan pesan-pesan positif tentang pentingnya perlindungan lingkungan dan kesetaraan gender di kampus.
Mengukir Karya Sastra: Basir Marianna, dan Rain Cries at Dusk
Selain prestasi akademis dan sosial yang luar biasa, Diah juga memiliki ketertarikan pada dunia sastra. Berdasarkan kegemarannya mendengarkan cerita orang lain menginspirasinya untuk menulis dan berhasil menghasilkan dua novel yang mendapat respon luar biasa di platform membaca online bernama Wattpad. Kedua karyanya adalah Basir Marianna dan Rain Cries at Dusk yang telah dibaca lebih dari 6.000 pembaca.
Dalam novel “Basir dan Marianna”, Diah menceritakan kisah cinta masa penjajahan Belanda dengan tokoh utama Basir, seorang pemuda asal Jawa, dan Marianna, seorang gadis lugu yang hidup di bawah tekanan kolonial. Kisah ini menggambarkan kisah cinta tragis antara dua insan yang terhalang oleh perbedaan budaya dan zaman. Melalui karyanya ini, Diah ingin menunjukkan kecintaannya terhadap kampung halamannya Sarolangun dan menyelami kehidupan masyarakat di masa lalu dengan sentuhan emosional yang kuat. Novel ini berhasil menyentuh hati banyak pembaca yang merasakan hangat dan indahnya kisah cinta yang digambarkan.
Sebagai penulis muda yang berbakat, Diah Lestari terus berkarya dan menginspirasi banyak orang. Tak hanya berprestasi di dunia akademik, namun juga di dunia sastra dan kegiatan sosial. Diah merupakan contoh nyata bahwa dengan tekad dan kerja keras, kita bisa meraih banyak hal meski berasal dari latar belakang yang sederhana.(Dn001)